Selasa, 19 Agustus 2008

Waduh..Cinta?

[T.M.M.B]
Listening Korean Jazz song titled Romeo Juliet..
Sebelumnya, mau cerita sedikit deh tentang proses penulisan posting untuk tugas TMMB ini. Terbiasa dengan adanya laptop dan fasilitas internet ternyata cukup memanjakan saya. Saat laptop itu raib bersamaan dengan keberangkatan cece ke Jakarta untuk magang di Exxon Mobil, banyak pekerjaan organisasi maupun tugas kuliah yang bejibun harus saya kerjakan di Puskom maupun warnet, yang mana mengurangi tingkat kenyamanan saya saat mengerjakan semuanya itu..hoho! Tapi baguslah, bisa melatih saya untuk membagi waktu lebih lagi demi meluangkan waktu ke puskom ato ke warnet. Ya udah, mulai aja yukk..
Eitss..saya tidak akan bicara hal yang terlalu romantis walaupun judul posting ini berkaitan dengan cinta. Saya hanya mengajak anda melihat anugrah indah yang Tuhan berikan (baca : cinta lawan jenis) dari sudut pandang yang berbeda.
Hal ini secara menarik saya dapatkan saat kelas Metode Penelitian Komunikasi 1, jam 11.00 siang hari ini. Dikarenakan terlambat 5 menit, tempat duduk di kelas B401b sudah terisi penuh hingga paling belakang, karena itu saya putuskan untuk duduk di bangku paling depan [walaupun saat itu saya hanya sendirian. Nah, mau tidak mau saya akan menjadi lebih fokus dan berkonsentrasi mendengarkan dan menanggapi kuliah Pak B hari ini.
Secara lugas dan santai Pak B menjelaskan mengenai Grand Theory, dalam teori ini terdapat dua macam subteori lagi yaitu teori fungsional dan teori konflik. Nah supaya paham lebih jelas, saya akan mencoba memberikan contoh paling sederhana. Sepeda Motor dalam teori fungsional dapat mnjadi sangat bermanfaat dan menguntungkan karena dapat menghantarkan kita sampai ke tempat tujuan, sebaliknya dalam teori konflik sepeda motor dapat menjadi alat pembunuh yang canggih karena kita dapat mati karenanya , mungkin saat kita mengebut atau bahkan ditubruk kendaraan lain.
Secara tiba-tiba Pak B menghubungkan teori itu dengan cinta. " Seperti kedua teori dalam grand theory dan berdasarkan riset yang telah dilakukan..dikatakan bahwa cinta itu sejajar kedudukan dan porsinya dengan nafsu manusia. Jadi ya, saat nanti pacar-pacar anda bilang , saya cinta anda 100 persen, Hati hati! Itu berarti dia juga ber-nafsu dengan kamu sebanyak 100 persen " kata Pak B yang disambut gelak tawa peserta kuliah. Beliau juga menekankan bahwa para remaja (terutama yang perempuan) jangan cepat percaya dengan semua perkataan sang pacar. Karena dibalik semua keuntungan yang dirasa pasti ada juga potensi timbulnya konflik.
" Jangan buta oleh cinta.. tapi sekarang cinta itu ga ada logika ya?irasional ya? benar ga?? " tanya Pak B menguji kami. Hampir serentak mereka menjawab YA. Apalagi melihat banyak lagu-lagu cinta yang menekankan "butanya" cinta, dan itu digemari oleh para remaja.
" Wah, apa benar itu? Kalau kamu melakukan dosa karena pacar kamu misalnya dosa seksual, apa itu yang namanya cinta? Padahal kan ada struktur agama dan moral dalam masyarakat yang melarang keras hal itu.." ujar Pak B mengungkap semua dari pandangan Teori konflik.
Spontan saya berucap " Ya, makanya pak, cinta itu harus rasional.."
Pak B lgs menyambut kata-kata saya dan kuliah dilanjutkan dengan cukup seru walaupun yang lain masih asik dengan obrolannya sendiri-sendiri.
Perkuliahan saya hari ini membuat saya kembali sadar (karena selama ini, banyak dari kita yang tahu, tapi kadang ga sadar) bahwa cinta tidaklah sesimpel emosi sesaat manusia yang saling membutuhkan. Cinta itu adalah sebuah keputusan. Di mana yang berperan disini bukan hanya soal perasaan yang tidak bisa dibendung, namun sebuah penjelasan yang rasional patut menjadi landasan yang fundamental. Berdasarkan banyaaakkk kisah kasih yang teman-teman curhat ke saya , seringkali kita (terutama wanita) hanya mengandalkan perasaan kita dalam menjalani semua proses pacaran tersebut. Karena itu terkadang mereka sering tersesat dengan perasaan mereka sendiri.
" Kenapa kok kamu ga bisa memutuskan hubungan mu, padahal dia telah menduakan kamu dan tidak memberikan dampak positif buat hidupmu? "
" Ya, ga tau ya ges.. aku sayang pokoknya..ga ngerti kok bisa gitu"
Itu salah satu contoh kecil yang saya bisa berikan..
Cinta bukanlah hanya sekadar perasaan sayang yang tidak tahu datangnya darimana, bukan hanya reaksi kimiawi hormon endorphin dalam otak kita saat melihat wajahnya, lebih dari itu cinta adalah sebuah keputusan yang bisa dikontrol dan terdapat komitmen yang kuat di dalamnya, diimbangi dengan sikap dan contoh kongkrit dalam hubungan itu, bukan hanya bilang kalo "cinta". Kita juga bisa tahu dengan jelas alasan dan dasar mengapa kita bisa jatuh cinta dengan seseorang, karena cinta dapat (dan harus) dijelaskan secara rasional. Bukan hanya saat jatuh cinta, namun juga dalam menjalaninya, kita harus dapat menggunakan ratio kita saat menjalani proses pacaran tersebut, bukan mengikuti rayuan klasik "buat kamu, apa sih yang nggak.." Eitss..alih-alih bukan cinta tulus yang kita dapatkan, malahan sebuah kenyataan kalau dia menyalahgunakan hal itu.
Nah..itu adalah pandangan saya secara pribadi.. =)
Selamat menjalani cinta yang lebih baik, semoga dapat menginspirasi para wanita terutama untuk lebih mengimbangi perasaan dengan logika dan pemikiran mereka yang rasional. Bukan hanya pembaca, saya pun belajar untuk menjalaninya, walau berat di awal. But believe me.. you'll get a better love life, just get balanced.